Sunday, April 22, 2018

Mainan Anak Yang Tidak Mengenal Jenis Kelamin


Ketika pilih mainan untuk anak, secara paham atau tidak, Anda bisa saja akan mengklasifikasikan style mainan spesifik sesuai style kelaminnya. Misalnya boneka untuk anak perempuan, dan mobil-mobilan untuk anak laki-laki. Tampak wajar dan alami, bukan?

Hal ini dilandasi oleh pembentukan persepsi yang terjadi sekian lama, terutama melalui sarana dan pemasaran produk. Untuk membuat perubahan persepsi, akan butuh upaya, dikarenakan sanggup dinilai berlawanan dengan norma sosial, misalnya.


Sosiolog Elizabeth Sweet mengatakan, terhadap masa 70-an, anak kecil bermain bervariasi mainan dengan warna-warna terang seperti merah, hijau, dan kuning. Sementara terhadap 80-an, setelah feminisme mencuat, mainan berdasar style kelamin mulai diklasifikasikan, walau belum seperinci kala ini--biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan.

Lantas, bagaimana terkecuali anak perempuan justru lebih puas main mobil-mobilan, atau sebaliknya? Haruskah mainan anak sesuai dengan style kelamin?

Penelitian mendapatkan bahwa mengatasi mainan berdasar style kelamin sanggup merubah pertumbuhan anak di dalam jangka panjang. Menyadari hal ini, sejak 2015 silam banyak produsen mainan di A.S dan Inggris telah menghentikan mengategorikan mainan untuk satu style kelamin saja melalui kampanye "Mainan hanya mainan".

Di satu segi tidak membedakan style kelamin untuk pilihan mainan sesungguhnya baik, namun di segi lain bisa saja tidak. Kini, ada lagi persoalan baru: orang tua netral gender. Beberapa orangtua kekinian cemas terkecuali anak-anaknya menciptakan ketidakadilan gender.

Alih-alih berlaku netral dengan membebaskan, mereka justru menghambat pilihan mainan--yang sanggup dimainkan anak laki-laki dan perempuan sekaligus.

Mainan atau pakaian tak membentuk preferensi anak soal gender

Menanggapi polemik mengenai klasifikasi mainan, Debra Soh, dokter pakar saraf seksual di York University di Toronto, Amerika Serikat, berpendapat di dalam kolom di Los Angeles Times. Menurutnya, percuma belaka bagi orang tua yang menghambat dan membentuk preferensi anak soal gender melalui pilihan mainan atau pakaian.

Sebabnya, aspek biologis bawaan lah yang menentukan. Anak kecil melihat segala sesuatunya secara hitam putih, bukan dibangun secara sosial atau dibentuk orang tua. Itu sebabnya, anak perempuan lebih tertarik terhadap mainan sosial seperti boneka, sedangkan anak laki-laki lebih tertarik terhadap mainan mekanis seperti mobil-mobilan.


Psikolog pertumbuhan Lisa Dinella termasuk mengatakan, walau tampak sepele, mainan menunjang anak studi keterampilan baru dan mengembangkan intelektual. Bermain boneka dan masak-masakan melatih kapabilitas sosial dan lisan anak.

Sementara membuat bangunan seperti menyusun lego dan puzzle membina keterampilan spasial, yang mendasari pembelajaran matematika. Jika dibatasi, anak akan kesulitan mengeksplorasi dan berkurang kreativitasnya, kata Dinella.

Soh mengatakan bukti lain berkaitan aspek biologis bawaan. Yaitu suasana genetik yang disebut congenital adrenal hyperplasia (CAH). Menurut Soh, anak perempuan dengan CAH (memiliki testosterone tinggi sebelum akan lahir) condong tidak berlaku seperti anak perempuan lainnya. Mereka lebih pilih mainan yang khas untuk anak laki-laki. Ini menyatakan bahwa hormon berperan penting sebagai penentu perilaku.

Melawan persepsi yang telanjur kuat

Sayangnya, orang tua kekinian banyak yang menampik kenyataan tersebut. Mereka tidak benar mengartikannya sebagai norma, dan justru lebih cemas kala rutinitas bermain anak merujuk terhadap hal yang tak normal.

Bagi orang tua liberal, masalahnya bisa saja peran kesetaraan gender. Anak perempuan diharapkan tumbuh dan bersaing dengan teman kerja laki-laki, dan anak laki-laki tumbuh dengan keterampilan sosial dan komunikasi yang kuat.

Sementara orang tua yang konservatif, cemas anaknya berperilaku menyimpang, seandainya tomboy atau "kewanita-wanitaan". Seorang psikiater di Fox News misalnya, menyebut seorang ibu gila cuma dikarenakan memberi anak laki-lakinya boneka, dan anak perempuannya pahlawan super.


Padahal, itu bukan masalah, dan tidak ada yang salah. Seperti dikatakan Soh tadi, aspek biologis bawaan di dalam gen itu telah ada apalagi sebelum akan lahir. Lagipula, terhadap usia 4-5 tahun anak kecil mulai studi mengenai adanya perbedaan style kelamin. Dengan sendirinya mereka lebih fleksibel terhadap style mainan yang dipilih.

Untuk itu, orang tua harus lebih santai menanggapi persoalan ini dan jangan membingungkan anak dengan bervariasi batasan. Berikan anak beraneka style mainan, agar banyak referensi yang mereka dapat. Selama, anak sanggup nikmati permainan, dan orang tua menyatakan kasih sayang melalui mainan itu.


No comments:

Post a Comment