Sunday, August 19, 2018

Asumsi Dasar Mengenai Anak Usia 4-6 Tahun

Asumsi Dasar Mengenai Anak Usia 4-6 Tahun

a. Setiap Anak adalah Unik

Secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya, dan setiap anak akan berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing-masing. Dengan demikian kecepatan perkembangan seorang anak tidak selalu sejalan dengan kawan-kawannya maupun dengan usia kronologisnya.

b. Anak Berkembang Melalui Beberapa Tahapan

Manusia merupakan suatu keutuhan dimana perkembangan aspek fisik, kognitif, afektif maupun intuituf saling berkaitan. Perkembangan itu sendiri merupakan rangkaian perubahan yang bersifat maju berkelanjutan, teratur, mulai dari yang global sebelum menuju kepada yang paling sederhana kemudian terarah ke yang majemuk. Perkembangan ini terjadi karena faktor belajar yang dikarenakan pengaruh lingkungan. Perkembangan setiap manusia selalu melalui beberapa tahapan, dimana setiap tahap kehidupan mempunyai ciri masing-masing. Anak usia dini pun berkembang melalui tahapan dan setiap peningkatan usia kronologis akan menampilkan ciri-ciri perkembangan yang khas.

c. Setiap Anak adalah Pembelajar yang Aktif

Belajar bagi anak adalah segala sesuatu yang dikerjakan ketika ia bermain. Bermain adalah wahana belajar dan bekerja secara alamiah bagi anak. Anak usia dini senang memerhatikan, mencium, membuat suara, meraba dan mengecap. Lingkungan yang kaya yang banyak memberikan rangsangan mental dapat meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan demikian akan menumbuhkan minat anak dan mengigiatkan mereka aktif belajar. Selain itu anak akan lebih berhasil belajar jika apa yang dipegangnya sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya. Anak lebih mudah belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental atau sesuai perkembangannya. Pengalaman yang berlebihan akan menakutkan anak, tetapi sebaliknya pengalaman yang sangat minim akan membosonkan anak.

Dengan adanya asumsi dasar itu guru mempunyai pandangan yang khusus pada anak. Ia tidak lagi menuntut agar anak menjadi seseorang sesuai dengan apa yang diinginkannya, tetapi ia menghormati anak seperti apa adanya. Dengan menerima keadaan anak seperti itu dan tanpa mengabadikan keteraturan dan disipilin dalam mematuhi peraturan administrasi sekolah (jam sekolah dsb), guru harus lebih banyak memberi peluang pada anak agar lebih bebas menjelajahi lingkungannya. Seperti alat permainan dalam mencobakan dan ia mengkaji kemampuannya. Peluang sesuai perkembangan ini akan menjadikan anak lebih kreatif dan berinisiatif.


No comments:

Post a Comment